Rabu, 07 November 2012

Bersoteriologi Dijemaat



Bersoteriologi Dijemaat
             Pendahuluan
            Dalam tulisan ini penulis akan menguraikan gambaran dosa dan wujud dosa yang secara umum terjadi di dalam jemaat di Kalimantan. Secara sfesifik dalam tulisan ini penulis akan menguraikan tentang gambaran dosa yang terjadi pada salah satu jemaat dikampung penulis sendiri, yakni jemaat di Desa Tumbang Apat. Jemaat Tumbang Apat teridiri dari ± 115 anggota jemaat dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 36 kepala keluarga. Jumlah tersebut didata per Juni 2012.[1] Jemaat tersebut merupakan bagian dari masyarakat Tumbang Apat yang secara keseluruhan berjumlah  ± 432 Jiwa atau ±  141 KK yang merupakan mayoritas masih beragama Kaharingan.

A.    Gambaran dan Wujud Dosa Jemaat
Jemaat Tumbang Apat kesehariannya sama juga halnya dalam penduduk lainnya. Mereka berdampingan hidup satu sama lain. Baik  dari segi pemenuhan kebutuhannya, pekerjaan sehari-hari, termasuk juga kegiatan kerohanian atau ritual agama. Hal ini dilatar belakangi pula bahwa jemaat setempat rata-rata adalah mantan pemeluk kepercayaan asli ditempat itu, yakni Kaharingan. Dalam hidup yang berdampingan tersebut ada banyak hal yang tampaknya kurang diperhatikan oleh jemaat. Diantaranya ialah jemaat Tumbang Apat sulit membedakan antara ritual adat atau budaya dengan upacara agama. Yang penulis maksudkan dalam kesulitan membedakan ritual agama atau budaya adalah cara pandang mereka terhadap sebuah ritul. Contohnya ketika hendak berladang, membangun rumah, dan berbagai kegiatan yang lain, Jemaat Kristen tetap melakukan hal-hal yang selalu dilakukan oleh penganut kepercayaan Kaharingan di tempat itu. Misalnya menabur beras kepada Dilang Songumang  (dewa yang memegang kekuasaan terhadap tanah air menurut Dayak Siang )[2]. Demikian pula ketika berladang, mereka mesti memberikan sesajen kepada pohon-pohon tertentu, misalnya Lunuk ( pohon beringin ) yang dianggap memiliki penunggu berupah roh yang bisa marah bila diganggu. Ketika membangun rumah, mereka juga mesti memanggil Antang/Burung Elang supaya dimana tepatnya burung itu berada dan menari-nari diudara dibawahnya itulah rumah itu mesti dibangun. Dan jemaat Kristen setempat sampai saat ini tetap melakukan hal yang demikian dengan alasan tradisi atau adat leluhur. Sulitnya jemaat untuk melepaskan diri dari belenggu mitos-mitos tentang adanya roh-roh yang mesti disembah serta selalu meminta petunjuk yang bukan kepada Tuhan merupakan sebuah masalah yang penulis gambarkan sebagai sebuah tindakan dosa jemaat setempat.
Dalam hal ini wujud dosa jemaat adalah dalam hal menyekutukan Allah atau melakukan sinkretisme kepercayaan yang bisa dikadakatakan sebagai pengandalan terhadap dirinya sendiri, jemaat berusaha untuk mendapat berkat dengan member sesajen kepada roh-roh yang diam di pohon-pohon dan sebagainya. Jika kembali kepada asal mula dosa, kita akan melihat bahwa dosa itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang langsung terjadi atau langsung disadari oleh manusia ( Kejadian 3) manusia melanggar ketetapan Allah yang berarti gagal dalam menjalankan perintah-Nya. Dosa itu tumbuh dan kemudian menjelma dalam bentuk tindakan yang sepertinya tidak disengaja. Dosa dalam Perjanjian Lama dari segi etimologisnya berasal dari kata hattath, yang berarti kehilangan tanda sasaran.[3] Diartikan bahwa dosa itu disamakan sebagai seorang yang gagal dalam pelaksanaan terhadap kehendak Allah, itulah dosa yang berarti kegagalan manusia untuk taat pada perintah dan ketetapan Allah. Akibat dari dosa itu sendiri akan terjadi pada manusia dalam bentuk :
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Allah Dengan Manusia.
Kejadian 3 : 10 dan Kejadian 3 : 23 menceritakan bagaimana manusia menyembunyikan dirinya dari hadapan Allah dan juga pengusiran manusia oleh Allah sebagai suatu wujud hukuman atas tindakan manusia yang berdosa itu. Manusia tidak bisa lagi diam didekat Allah dengan keadaannya yang gagal atau berdosa.
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Manusia Dengan Sesamanya.
Manusia sering melemparkan kesalahan antara satu dengan yang lain. Kejadian 3 : 12 menceritakan bagaimana Adam membela diri dan menganggap itu adalah kesalahan perempuan ( Hawa ) yang telah Tuhan tempatkan diissinya. Manusia cenderung menyalahkan orang lain sehingga akhirnya bisa menimbulkan konflik dan ketegangan antar manusia yang berarti terputusnya hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan Sekitarnya
Bentuk lain sebagai akibat dosa adalah keterputusan hubungan antara manusia dengan lingkungannya maupun alam sekitar. Kejadian 3 : 18-19 mengungkapkan hal itu bahwa alam tidak lagi menyediakan kebutuhan manusia. Tetapi manusia harus berjerih lelah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari alam.
Ø  Terputusnya Manusia Dari Sorga
Manusia menjadi putus hubungan dengan sorga. Manusia di usir dari Taman Eden yang merupakan symbol sorga. Sorga Allah dibentengi dengan pengawal surgawi agar manusia tidak bisa masuk kedalamnya dengan keadaan berdosa ( Kejadian 3 : 23-24).
Ø  Manusia Pasti Mengalami Maut
Tindakan manusia yang gagal melakukan ketetapan Allah yang selanjutnya disebut dosa membuat manusia harus mengalami peristiwa yang sangat tidak diinginkan tetapi tidak bisa dihindarkan dari manusia, yaitu maut atau kematian.
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Kematian di sini adalah yang dimaksud adalah MAUT – NERAKA – KEMATIAN KEKAL.[4] Dialami melalui kematian fisik dan selanjutnya nasib yang mati itu akan ditentukan melalui hasil penghakiman Allah kemudian hari.

Dalam kasus jemaat Tumbang Apat ini tampak tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang sah-sah saja. Mereka menganggap itu adalah sikap yang tidak mengandung unsur dosa. Tetapi menurut penulis jemaat telah melakukan sebuah tindakan menduakan Allah yang berarti kegagalan jemaat untuk taat kepada Allah yang berarti itu adalah dosa dan aka nada akibat-akibat yang dialami akibat keberdosaan itu.  Jemaat tidak sadar bahwa ketika mereka sudah Kristen seharusnya segala sesuatunya mengandalkan Allah dan hanya memohon kepada-Nya untuk segala berkat maupun keinginan jemaat. Bukan kepada pohon-pohon yang didalamnya dikatakan ada roh-roh, bukan kepada burung-burung diudara yang semuanya itu adalah ciptaan Allah. Jadi jemaat melakukan tindakan dosa apabila membiarkan hal itu terjadi terus-menerus. Dengan tindakan yang demikian bukan mustahil jemaat mendatang murka Allah terhadap mereka sendiri, karena Allah murka bila digerakkan oleh dosa yang manusia lakukan. Penulis bisa menilai demikian mengacu pada Alkitab yang mengatakan “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku”.
Tuhan melarang untuk menyembah apapun selain Dia. Setiap yang disembah selain Dia adalah berhala (allah lain) yang pastinya akan membuat Tuhan menjadi murka karena itu tindakan dosa. Nast yang penulis kutip diatas merupakan merupakan bagian dari kewajiban pokok manusia sebagai umat Allah yang apabila salah satu diantaranya dilanggar berarti sudah menentang Allah. Dengan mengacu kepada hal itu tentunya jemaat harus melakukan intropeksi diri terhadap tindankannya, harus belajar bagaimana keinginan Tuhan terhadap umat-Nya. Tuhan tentu menginginkan umat yang berdosa untuk berbalik kepadanya dan taat serta setia. Seperti Tuhan juga telah setia kepada umat-Nya. Tindakan pengandalan diri, mencari atau memohon berkat dari sebuah kehampaan hanya menimbulkan murka Allah yang tidak mau umat-Nya condong hatinya kepada para berhala. Allah yang setia menginginkan dan menghendaki agar umat-Nyapun setia.
      Dalam hal ini kita akan  melihat bagaimana suara atau pemberitaan serta nubuat tentang hal tersebut untuk menyadarkan jemaat tentang apa yang mesti dilakukan untuk memenuhi keinginan Allah terhadap umat-Nya yang akan penulis paparkan melalui pembahasan berikut.

B.     Jemaat Harus Bertobat Dan Berbalik Kepada Allah !
Gambaran dosa yang jemaat lakukan diatas hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh bangsa Israel pada masa pemerintahan Yerobeam II di Israel utara ( Samaria ) dan Uzia raja di Yehuda. [5] Saat itu kedua kerajaan memiliki krisis dalam bidang kerohanian atau agama. Bangsa Israel yang sejatinya adalah pilihan sebagai umat Allah tidak lagi menjadikan diri mereka sebagai bangsa yang monoteis sesuai perjanjian. Tetapi malah mereka menjadikan Yahwe atau Allah tidak lagi sebagai Allah yang satu-satunya mereka sembah. Tidak ada cinta kasih mereka kepada Allah sebagaimana Allah mencintai mereka. Mereka mendirikan pusat-pusat ibadah di banyak tempat seperti di Dan, Gilgal dan Betel tetapi bukan untuk menyembah dan menghormati Allah semata, melainkan ditempat-tempat itu pula mereka menyembah dan menghormati para Baal dan Asyera. Pada masa itu muncullah dua orang nabi yakni Amos dan juga Hosea sebagai utusan Allah untuk mengingatkan raja-raja itu agar berbalik kepada Allah dengan pokok pemberitaan yang hamper sama yakni selain mengkritik masalah keadilan sosial umat tetapi juga mengkritik pola ibadah ibadah Israel yang menyembah banyak allah lain. Berikut adalah gambaran pemberitaan kedua nabi tersebut :

v  Nabi Hosea
Nabi ini menafsirkan  peristiwa-peristiwa pada masa hidupnya sebagai permulaan dari kesudahan. Dengan menunjukkan kehidupan Gomer, perempuan sundal yang dia nikahi, ia menggambarkan Israel sebagai istri yang kurang setia, yang tidak tahu berterimakasih terhadap anugerah-anugerah Allahnya. Hosea melihat kesalahan Israel dalam bidang agama. Selama ratusan tahun penduduk Kanaan, terutama yang hidup di kota-kota, hidup berdampingan dengan umat Israel dan akhirnya berasimilasi menjadi satu. Asimilasi ini membawa juga asimilasi agama yang akan berakibat buruk bagi Israel. Yang paling menarik perhatian masyarakat Israel adalah ritus-ritus kesuburan, yang merayakan kematian dan kebangkitan dewa baal sesuai pergantian musim setiap tahun, dan pernikahannya kembali dengan dewi Asyera setiap awal musim tanam[6].
Dalam pewartaannya, Hosea menegaskan tiga kualitas yang harus dipedulikan Israel: kasih setia, belarasa, dan pengenalan akan Allah. Realisasi pengenalan akan Allah inilah yang menyebabkan Hosea menyampaikan kecaman keras atas orang Israel yang tidak setia. Ia menyatakan bahwa Yahwe menghukum mereka. Benar, tetapi itu untuk kebaikan Israel. Dan setelah itu  Allah akan mengasihani Israel dan membangunnya seperti sediakala, yang dibutuhkan hanyalah pengenalan akan Allah. Hosea menunjukkan bahwa kejahatan Israel menyakiti hati Yahwe. Ia mau bangsa-Nya sadar, dan kembali mengenal kasih mesra Yahwe. Bukan hura-hura yang diminta Yahwe, melainkan sikap hati yang tercermin dalam ibadat mereka yang benar.  Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk menunda keselamatan kecuali dengan bertobat sejati, kembali kepada Allah[7].
v  Nabi Amos
Pokok pemberitaan Amos “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup; carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup” (Amos 5:6,14). Dasar pewartaan Amos ini nampaknya menekankan wibawa kekuatan moral Yahwe yang merajai seluruh alam semesta. Allah atau Yahwelah yang patut dan pantas dicari. Hanya Dia. karena itu Amos sangat menyerukan ibadah yang murni bagi Israel sebagai upaya penyelamatan dari Allah atas dosa mereka[8]. Jangan lagi menyembah baal atau allah-allah lainnya. Agama atau penyembahan yang mereka ( umat Israel) lakukan di Betel yang hampa tidak diterima oleh Allah. Amos 2 : 4,5 merupakan seruan kepada umat Israel dan bangsa-bangsa lain yang akan dihakimi karena menolak hukum Tuhan, dan menyembah dewa-dewa palsu. Dan dalam  Amos 9 : 1-10 dikatakan bahwa Allah akan mengamati bangsa Israel sebagai suatu bangsa yang berdosa, mereka akan dihancurkan dan rakyatnya akan dibunuh dengan pedang.[9]  Kendatipun demikian kesalahan Israel dan nubuat penghukuman atas Israel, tetapi Allah akan tetap memulihkan keadaan Israel. Dalam Fasal 9:11-15 hal itupun ditegaskan oleh Amos. Bahwa Allah akan mendirikan kembali”Pondok Daud” yang telah roboh itu pada saatnya.
C.    Aktualisasi
Kedua tokoh Alkitab diatas membawa pemberitaan yang hamper sama. Mereka menolak dan menentang sinkretisme peribadahan Israel. Pemberitaan nabi Amos dan  Hosea tentang peribadahan Israel tersebut adalah tindakan untuk mengingatkan umat supaya tidak ada lagi penyembahan berhala dan umat harus tidak lagi “ berselingkuh” atau “ bersundal” terhadap ilah-ilah atau berhala-berhala dalam bentuk apapun.  Tindakan jemaat yang ada di Tumbang Apat, yang bertindak dengan sesuka hatinya memberikan sesajen kepada roh penunggu pohon-pohon atau dewa-dewa termasuk dalam katregori perselingkuhan ataupun persundalan jemaat terhadap Allah. Mereka meninggalkan Tuhan untuk berselingkuh dan bersundal dengan kepercayaan-kepercayaan lain yang ada disekitar mereka. Mereka yang adalah orang Kristen sejatinya harus mengandalkan Tuhan dalam keadaan apapun. Tetapi dalam hal ini jemaat telah meninggalkan Dia walaupun jemaat mengatakan “saya Kristen”. Tetapi tindannya tidak mencerminkan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang Kristen yang mengandalkan Allah, bukan diri sendiri atau pengandalan terhadap ilah lain. Seruan nabi Amos maupun Hosea hendaknya menjadi perhatian bagi jemaat untuk mngerti apa yang Allah mau dan kehendaki.
Seruan dari kedua nabi ini pula mengingatkan jemaat setempat bahwa bagaimana Allah akan bertindak jika dosa jemaat dibiarkan terus-menerus dan tidak segera dihentikan. Allah menghendaki agar jemaat setia kepada-Nya. Peristiwa dimasa lalu yakni peristiwa penyimpangan ibadah Israel yang dikecam Allah melalui nabinya, sekarang terjadi di jemaat ini. Tentu seruan nabi-nabi Allah juga mengingatkan jemaat agar berbalik dari semua itu dan mengandalkan Tuhan saja supaya Allah menurunkan berkat dan belas kasihannya terhadap jemaat. Hendak jemaat mau setia kepada Allah karena Dia sendiri telah setia kepada jemaat. Jangan lagi ada jemaat Tuhan yang berselingkuh dan bersundal dengan roh-roh di pohon-pohon, di air, di bumi maupun dengan binatang-binatang yang sering dianggap suci. Semua itu adalah ciptaan Allah. Penciptanyalah yang mesti jemaat sembah dan adalkan. Bukan apapun yang bisa membuat Allah cemburu. Jemaat Tuhan, mari berbaliklah kepada Allah yang Esa.
Penutup
            Jemaat sering tidak sadar bahwa tindakan yang jemaat anggap sah-sah saja itu bisa melukai hati Tuhan. Gambaran tentang umat Israel dimasa lampau adalah contohnya sehingga nabi-nabi diutus kepada mereka untuk memperbaiki hal itu. Sekarang kehidupan jemaat masih ada yang menggambarkan peristiwa itu juga, tetapi jemaat anggap sah-sah saja. Sadar atau tidak tindakan yang dilakukan juga melukai hati Tuhan. Seruan nabi-nabi yang memperingatkan umat dimasa lampau boleh menjadi cerminan bagi jemaat untuk hidup dimasa kini. Jangan melakukan tindakan yang Allah tidak suka. Peristiwa yang penulis paparkan dalam tulisan ini adalah tindakan umumnya yang ada pada jemaat pedalaman. Tetapi harapan penulis agar jemaat mau berbalik dan sadar tentang apa yang harus dilakukan dalam bertindak sebagai umat Allah. Tindakan seharusnya yang dimilki sebagai seorang Kristen. Hanya Yesus sumber kasih karunia dan berkat. Hanya Yesus satu-satu tempat bagi manusia untuk diandalakan. Hanya dalam Nama Yesuslah manusia berdoa. Dan pasti Allah akan menjawab itu semua lewat peristiwa yang tak difikirkan oleh manusia, karena Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini.



Sumber Referensi : [1]
Walvoord, F. John, 1999.  Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Bandung : Yayasan Kalam Hidup
Snoek, I. 2004. Sejarah Suci. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Croatto, J.S. 1975. Sejarah Penyelamatan. Flores: Nusa Indah
Koch, Klaus. 1989. Kitab Yang Agung. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Pr, Darmawijaya. 1990. Warta Nabi Abad VIII. Jogjakarta: Kanisius
Tweeter., 2011., Cerita Rakyat Pulau Dewata.


[1] Data Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Jemaat Tumbang Apat ( Surinadi S. Sos )
[2] Informasi via sms dari Bpk. Ukong ( Tokoh Masyarakat Desa Tumbang Apat )
[3] Materi Kuliah Teologi PL, oleh Pdt. Bimbung Kalvari M.Th
[4] Materi Kuliah Soteriologi Oleh Pdt. DR. Keloso S. Ugak, tanggal
[5] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372
[6] Klaus Koch, Kitab yang Agung (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm.41
[7] Op.cit, hlm. 71-72
[8] St. Darmawijaya Pr, Warta Nabi Abad VIII (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 38
[9] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372

Sejarah Penyelamatan Allah Melalui Para Nabi


Hendry STT
SEJARAH PENYELAMATAN ALLAH MELALUI PARA NABI

1.      Penyelamatan Allah melalui persoalan lahir dan batin
Penyelamatan Allah melalui persoalan lahir dan batin dalam rangka menyelamatkan manusia  secara keseluruhan dipahami dengan usaha Allah mengutus para nabi melalui pemberitaan yang mereka sampaikan. Sebagai contoh ialah seruan nabi Amos untuk rakyat di Israel utara yang mengkritik pola ibadah Israel pada waktu itu yang aktif. Memang dari segi batiniah ketika mereka beribadah sepertinya tidak ada kekurangan. Tetapi dari segi lahiriah mereka mengabaikan akhlak dan kehidupan sosial. Pada saat itu ibadah Israel tidak berjalan beriringan dengan kehidupan sosial masyarakatnya. Banyak orang yang mementingkan kepentingan sendiri dan merampas hak-hak orang lain. Karena percuma ibadah yang mereka lakukan sementara hal-hal nyata seperti kehidupan sosial yang merupakan persoalan lahiriah mereka abaikan. Sebab menurut nabi Amos persoalan lahir dan batin merupakan persoalan yang berjalan bersama tanpa mengabaikan salah satunya dan keduanya harus berjalan dengan beriringan. Jadi melalui seruan yang disampaikan oleh nabi Amos keselamatan itu dapat mereka terima. Dan untuk selanjutnya tentang seruan nabi Amos dapat kita lihat pada topik yang lebih khusus yang kelompok berikan dalam menceritakan karya keselamatan Allah melalui nabi Amos.
2.      Persoalan dosa dan penyelamatan Allah melalui para nabi
Nabi ialah orang yang dipanggil oleh Allah untuk menyampaikan kehendak Allah.  Dia meneruskan Firman Allah yang baru dari pihak Yahwe, Firman itu menafsirkan sejarah sekarang dalam sinar sejarah penyelamatan masa lampau. Dalam rangka penyelamatan itulah ditempatkan tugas para nabi. Tidak mendengarkan mereka, berarti tidak mengindahkan suara Yahwe sendiri. Di sini terdapat penghargaan yang setinggi-tingginya terhadap kenabian. Sejarah Israel mempunyai banyak contoh dengan situasi-situasi yang menimbulkan munculnya penyambung lidah Allah atau nabi. Pada abad VIII, kedua kerajaan Ibrani itu masuk ke dalam krisis religius[1]. Berikut nabi-nabi yang diurapi dan diutus Allah dalam rangka penyelamatan-Nya. Di sini kami hanya akan membahas beberapa nabi saja.
1.      Amos
Di bagian utara, Samaria mencapai puncak kejayaannya di bidang politik dan ekonomis. Ilmu purbakala dapat memperlihatkan perkembangan kesenian, khususnya seni gaya bangunan. Kemewahannya bertambah dan tentu saja golongan kaya cepat menyesuaikan diri. Tetapi masih ada sesuatu yang lain yang lebih berat lagi. Para hakim dapat disuap, para pedagang memeras kaum miskin. Kelaliman merajalela. Tiada cinta kasih terhadap sesama manusia. Pun pula tidak ada cinta kepada Yahwe, Allah yang menyelamatkan. Tempat-tempat dan pusat-pusat ibadah di Betel Dan, Gilgal menghormati bukan hanya Yahwe melainkan juga Baal.
Justru pada saat semacam itulah berkumandanglah suara mantap seorang nabi seperti Amos. Dia bukan seorang Israel, melainkan seorang Yahudi. Allah memanggilnya secara mendadak hanya untuk menyampaikan amanat pendek kepada kerajaan di Utara. Amos ini mengumumkan hukuman-hukuman dan peringatan karena Israel telah memutuskan persekutuan. Israel menjadi penjahat karena dosa-dosa sosial dan moral[2].
Pokok pemberitaan Amos “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup; carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup” (Amos 5:6,14). Dasar pewartaan Amos ini nampaknya menekankan wibawa kekuatan moral Yahwe yang meraja seantero semesta, dan tuntutan wibawa itu bagi kehidupan bersama dalam kasih dan keadilan, terutama bagi kaum tersisih dan tertindas. Masa kini dan masa lalu Israel dalam sejarah keselamatan Yahwe dinilai dari apa yang ada di ambang pintu. Oleh karena itu Amos sangat menyerukan keadilan dan ibadah bagi Israel sebagai upaya penyelamatan dari Allah atas dosa mereka[3].
2.      Hosea
Nabi ini menafsirkan  peristiwa-peristiwa pada jamannya sebagai permulaan dari kesudahan. Dengan menunjukkan kehidupan Gomer, perempuan yang tidak setia itu, ia menggambarkan Israel sebagai istri yang kurang setia, yang tidak tahu berterimakasih terhadap anugerah-anugerah Allahnya. Hosea melihat kesalahan Israel dalam bidang agama. Selama ratusan tahun penduduk Kanaan, terutama yang hidup di kota-kota, hidup berdampingan dengan umat Israel dan akhirnya berasimilasi menjadi satu. Asimilasi ini membawa juga asimilasi agama yang akan berakibat buruk bagi Israel. Yang paling menarik perhatian masyarakat Israel adalah ritus-ritus kesuburan, yang merayakan kematian dan kebangkitan dewa baal sesuai pergantian musim setiap tahun, dan pernikahannya kembali dengan dewi Asyera setiap awal musim tanam[4].
            Dalam pewartaannya, Hosea menegaskan tiga kualitas yang harus dipedulikan Israel: kasih setia, belarasa, dan pengenalan akan Allah. Realisasi pengenalan akan Allah inilah yang menyebabkan Hosea menyampaikan kecaman keras atas orang Israel yang tidak setia. Ia menyatakan bahwa Yahwe menghukum. Benar, tetapi itu untuk kebaikan Israel. Dan setelah itu  Allah akan mengasihani Israel dan membangunnya seperti sediakala, yang dibutuhkan hanyalah pengenalan akan Allah. Hosea menunjukkan bahwa kejahatan Israel menyakiti hati Yahwe. Ia mau bangsanya sadar, dan kembali mengenal kasih mesra Yahwe. Bukan hura-hura yang diminta Yahwe, melainkan sikap hati yang tercermin dalam ibadat mereka yang benar.  Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk menunda keselamatan kecuali dengan bertobat sejati, kembali kepada Allah[5].
3.      Yesaya
Yesaya adalah salah seorang nabi yang terbesar. Pada masa yang sama, Yesaya dan Mikha memberitakan pesan Tuhan di Kerajaan sebelah Selatan,  Amos dan Hosea di Kerajaan sebelah Utara.  Waktu itu adalah masa peperangan antara bangsa- bangsa. Seorang raja yang berhasil yang bernama Uzia sudah memerintah Yehuda selama beberapa tahun. Yesaya menerima panggilannya pada tahun kematian Raja Uzia. Yotam, Ahaz, dan Hizkia menggantikan Raja Uzia bertahta di Yehuda. Yesaya menyampaikan pesan Tuhan pada tahun-tahun pemerintahan raja-raja tersebut.
Keadaan sosial sangat buruk selama pelayanan Yesaya. Ada kelompok orang kaya dan kelompok orang miskin, dengan tenggang rasa yang buruk antara mereka. Orang yang jahat menipu orang- orang miskin dan mengambil rumah dan tanah mereka. Pemerintahan di kota-kota sangat buruk di Yerusalem. Banyak minuman bir dan anggur yang memabukkan. Banyak orang yang menyembah berhala. Orang Israel telah gagal untuk membagikan kebenaran dari Tuhan kepada bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Bahkan mereka ikut menyembah ilah-ilah yang palsu. Kehidupan rohani yang sungguh-sungguh sangatlah kurang di daerah tersebut pada masa itu.
Selama 40 tahun, Yesaya memberitakan firman Tuhan. Dia menubuatkan adanya pembebasan. Dia menulis pesan-pesan Tuhan. Dia menasehati para raja dan pemimpin. Dia sangat mengasihi orang miskin. Dia berkhotbah untuk keadilan secara ekonomi dan sosial. Dia hidup dengan berusaha untuk membawa umatnya kembali kepada Allah.
            Yesaya menyadarkan orang-orang fasik di antara bangsanya dengan menentang rasa aman-tenteram mereka. Orang-orang yang beribadah dihiburkannya dengan menentang rasa takut mereka. Dengan tegas diajaknya supaya Yehuda jangan menggabungkan diri kepada bangsa kepada bangsa-bangsa lain, atau menaklukkan diri kepadanya, melainkan dengan percaya kepada Tuhan mempertahankan kedudukan mereka sebagai bangsa yang dikuduskan bagi Tuhan. Pokok pemberitaannya : Jika kamu tidak percaya, sungguh, kamu tidak teguh jaya (Yes 7:9)[6].
4.      Mikha
Nabi Mikha bernubuat pada masa yang sama dengan Yesaya. Mikha adalah nabi pertama yang menubuatkan kehancuran bait Allah di Yerusalem. Mikha mengajukan nubuat bahwa Yerusalem  akan dibajak seperti ladang, dan berubah menjadi onggokan puing-puing (Mikha 3:12). Mikha memerangi ketidakadilan sosial dan mengumandangkan kebenaran sosial. Mikha melihat penderitaan si miskin dibawah tekanan mereka yang memiliki kekuasaan. Para hakim bertindak tidak adil. Para pendeta bertindak jahat. Orang-orang kaya menipu mereka yang miskin. Semua orang menderita karena ketakutan dan kebencian (Mikha 2:2). Mikha ingin supaya orang-orang mengetahui bahwa Allah adalah Allah yang adil. Karena itu, umat-Nya mesti adil dan mengetahui bahwa setiap perbuatan yang tidak adil merupakan penghinaan terhadap Tuhan.  Mikha mengingatkan umat Israel bahwa Allah masih tetap sebagai pemerintah bangsa-bangsa dan seluruh umat manusia. Dia berdiri dan siap mengampuni ketika manusia kembali kepada-Nya dari jalan-jalan mereka yang mementingkan diri sendiri.
3.      Mengenal “penyelamat” dalam mitologi Asia secara umum
Banyak mitologi-mitologi tentang “penyelamat” yang dikenal di Asia secara umum, tetapi kelompok kami mengambil salah satu contoh dari mitologi-mitologi tersebut, yaitu mitologi di India.
Dalam mitologi India, para dewa memanisfetasikan dirinya sebagai manusia super dengan turun ke dunia untuk mengembalikan keseimbangan di muka bumi, setelah mengalami jaman kejahatan yang teramat sangat. Penjelmaan dewa inilah, sang penyelamat yang disebut sang Avatar. Awatara atau Avatar adalah inkarnasi dari Tuhan Yang Maha Esa maupun manifestasinya. Tuhan Yang Maha Esa ataupun manifestasinya turun ke dunia, mengambil suatu bentuk dalam dunia material, guna menyelamatkan dunia dari kehancuran dan kejahatan, menegakkan dharma dan menyelamatkan orang-orang yang melaksanakan Dharma/Kebenaran.
India mengenal adanya Dasa Avatar yang sangat terkenal di antara Avatar-avatar lainnya. Dasa Avatar adalah sepuluh Avatar yang diyakini sebagai penjelmaan material Dewa Wisnu  dalam misi menyelamatkan dunia. Dari sepuluh Avatar, sembilan diantaranya diyakini sudah pernah menyelamatkan dunia, sedangkan satu di antaranya, Avatar terakhir (Kalki Awatara), masih menunggu waktu yang tepat  untuk turun ke dunia (di akhir jaman). Sembilan penjelmaan Dewa Wisnu sebagai “penyelamat” tersebut yaitu Matsya Avatar (berwujud ikan raksasa), Kurma Avatar (berwujud kura-kura raksasa), Waraha Avatar (berwujud babi hutan), Narasinga Avatar (berwujud manusia dengan kepala singa, berkuku tajam seperti pedang, dan memiliki banyak tangan yang memegang senjata), Wamana Avatar (berwujud anak kecil yang membawa payung), Parasurama Avatar (berwujud Rama yang bersenjata kapak), Rama Avatar (menjelma sebagai Rama, putera raja Dasarata dari Ayodhya yang ditemani oleh Naga Sesa), Kresna Avatar (berwujud pria berkulit gelap atau biru tua, memakai dhoti kuning dan mahkota yang dihiasi bulu merak), dan Gautama Buddha Avatar (berwujud Sang Buddha yang mengajarkan dharma)[7].





DAFTAR PUSTAKA

Snoek, I. 2004. Sejarah Suci. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Croatto, J.S. 1975. Sejarah Penyelamatan. Flores: Nusa Indah
Koch, Klaus. 1989. Kitab Yang Agung. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Pr, Darmawijaya. 1990. Warta Nabi Abad VIII. Jogjakarta: Kanisius
Tweeter., 2011., Cerita Rakyat Pulau Dewata. http://ceritadewata.blogspot.com/2011/07/awatara-dewa-wisnu.html. Diakses pada tanggal 14 Oktober 2012.




[1] Bdk. J.S. Croatto, Sejarah Penyelamatan (Flores: Nusa Indah, 1975), hlm. 148-149

[2] Ibid, hlm.149
[3] St. Darmawijaya Pr, Warta Nabi Abad VIII (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 38
[4] Klaus Koch, Kitab yang Agung (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm.41
[5] Op.cit, hlm. 71-72
[6] I. Snoek, Sejarah Suci (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2004), hlm.209