Rabu, 07 November 2012

Bersoteriologi Dijemaat



Bersoteriologi Dijemaat
             Pendahuluan
            Dalam tulisan ini penulis akan menguraikan gambaran dosa dan wujud dosa yang secara umum terjadi di dalam jemaat di Kalimantan. Secara sfesifik dalam tulisan ini penulis akan menguraikan tentang gambaran dosa yang terjadi pada salah satu jemaat dikampung penulis sendiri, yakni jemaat di Desa Tumbang Apat. Jemaat Tumbang Apat teridiri dari ± 115 anggota jemaat dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 36 kepala keluarga. Jumlah tersebut didata per Juni 2012.[1] Jemaat tersebut merupakan bagian dari masyarakat Tumbang Apat yang secara keseluruhan berjumlah  ± 432 Jiwa atau ±  141 KK yang merupakan mayoritas masih beragama Kaharingan.

A.    Gambaran dan Wujud Dosa Jemaat
Jemaat Tumbang Apat kesehariannya sama juga halnya dalam penduduk lainnya. Mereka berdampingan hidup satu sama lain. Baik  dari segi pemenuhan kebutuhannya, pekerjaan sehari-hari, termasuk juga kegiatan kerohanian atau ritual agama. Hal ini dilatar belakangi pula bahwa jemaat setempat rata-rata adalah mantan pemeluk kepercayaan asli ditempat itu, yakni Kaharingan. Dalam hidup yang berdampingan tersebut ada banyak hal yang tampaknya kurang diperhatikan oleh jemaat. Diantaranya ialah jemaat Tumbang Apat sulit membedakan antara ritual adat atau budaya dengan upacara agama. Yang penulis maksudkan dalam kesulitan membedakan ritual agama atau budaya adalah cara pandang mereka terhadap sebuah ritul. Contohnya ketika hendak berladang, membangun rumah, dan berbagai kegiatan yang lain, Jemaat Kristen tetap melakukan hal-hal yang selalu dilakukan oleh penganut kepercayaan Kaharingan di tempat itu. Misalnya menabur beras kepada Dilang Songumang  (dewa yang memegang kekuasaan terhadap tanah air menurut Dayak Siang )[2]. Demikian pula ketika berladang, mereka mesti memberikan sesajen kepada pohon-pohon tertentu, misalnya Lunuk ( pohon beringin ) yang dianggap memiliki penunggu berupah roh yang bisa marah bila diganggu. Ketika membangun rumah, mereka juga mesti memanggil Antang/Burung Elang supaya dimana tepatnya burung itu berada dan menari-nari diudara dibawahnya itulah rumah itu mesti dibangun. Dan jemaat Kristen setempat sampai saat ini tetap melakukan hal yang demikian dengan alasan tradisi atau adat leluhur. Sulitnya jemaat untuk melepaskan diri dari belenggu mitos-mitos tentang adanya roh-roh yang mesti disembah serta selalu meminta petunjuk yang bukan kepada Tuhan merupakan sebuah masalah yang penulis gambarkan sebagai sebuah tindakan dosa jemaat setempat.
Dalam hal ini wujud dosa jemaat adalah dalam hal menyekutukan Allah atau melakukan sinkretisme kepercayaan yang bisa dikadakatakan sebagai pengandalan terhadap dirinya sendiri, jemaat berusaha untuk mendapat berkat dengan member sesajen kepada roh-roh yang diam di pohon-pohon dan sebagainya. Jika kembali kepada asal mula dosa, kita akan melihat bahwa dosa itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang langsung terjadi atau langsung disadari oleh manusia ( Kejadian 3) manusia melanggar ketetapan Allah yang berarti gagal dalam menjalankan perintah-Nya. Dosa itu tumbuh dan kemudian menjelma dalam bentuk tindakan yang sepertinya tidak disengaja. Dosa dalam Perjanjian Lama dari segi etimologisnya berasal dari kata hattath, yang berarti kehilangan tanda sasaran.[3] Diartikan bahwa dosa itu disamakan sebagai seorang yang gagal dalam pelaksanaan terhadap kehendak Allah, itulah dosa yang berarti kegagalan manusia untuk taat pada perintah dan ketetapan Allah. Akibat dari dosa itu sendiri akan terjadi pada manusia dalam bentuk :
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Allah Dengan Manusia.
Kejadian 3 : 10 dan Kejadian 3 : 23 menceritakan bagaimana manusia menyembunyikan dirinya dari hadapan Allah dan juga pengusiran manusia oleh Allah sebagai suatu wujud hukuman atas tindakan manusia yang berdosa itu. Manusia tidak bisa lagi diam didekat Allah dengan keadaannya yang gagal atau berdosa.
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Manusia Dengan Sesamanya.
Manusia sering melemparkan kesalahan antara satu dengan yang lain. Kejadian 3 : 12 menceritakan bagaimana Adam membela diri dan menganggap itu adalah kesalahan perempuan ( Hawa ) yang telah Tuhan tempatkan diissinya. Manusia cenderung menyalahkan orang lain sehingga akhirnya bisa menimbulkan konflik dan ketegangan antar manusia yang berarti terputusnya hubungan antara manusia dengan sesamanya.
Ø  Terputusnya Hubungan Antara Manusia Dengan Lingkungan Sekitarnya
Bentuk lain sebagai akibat dosa adalah keterputusan hubungan antara manusia dengan lingkungannya maupun alam sekitar. Kejadian 3 : 18-19 mengungkapkan hal itu bahwa alam tidak lagi menyediakan kebutuhan manusia. Tetapi manusia harus berjerih lelah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari alam.
Ø  Terputusnya Manusia Dari Sorga
Manusia menjadi putus hubungan dengan sorga. Manusia di usir dari Taman Eden yang merupakan symbol sorga. Sorga Allah dibentengi dengan pengawal surgawi agar manusia tidak bisa masuk kedalamnya dengan keadaan berdosa ( Kejadian 3 : 23-24).
Ø  Manusia Pasti Mengalami Maut
Tindakan manusia yang gagal melakukan ketetapan Allah yang selanjutnya disebut dosa membuat manusia harus mengalami peristiwa yang sangat tidak diinginkan tetapi tidak bisa dihindarkan dari manusia, yaitu maut atau kematian.
sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Kematian di sini adalah yang dimaksud adalah MAUT – NERAKA – KEMATIAN KEKAL.[4] Dialami melalui kematian fisik dan selanjutnya nasib yang mati itu akan ditentukan melalui hasil penghakiman Allah kemudian hari.

Dalam kasus jemaat Tumbang Apat ini tampak tindakan yang mereka lakukan adalah tindakan yang sah-sah saja. Mereka menganggap itu adalah sikap yang tidak mengandung unsur dosa. Tetapi menurut penulis jemaat telah melakukan sebuah tindakan menduakan Allah yang berarti kegagalan jemaat untuk taat kepada Allah yang berarti itu adalah dosa dan aka nada akibat-akibat yang dialami akibat keberdosaan itu.  Jemaat tidak sadar bahwa ketika mereka sudah Kristen seharusnya segala sesuatunya mengandalkan Allah dan hanya memohon kepada-Nya untuk segala berkat maupun keinginan jemaat. Bukan kepada pohon-pohon yang didalamnya dikatakan ada roh-roh, bukan kepada burung-burung diudara yang semuanya itu adalah ciptaan Allah. Jadi jemaat melakukan tindakan dosa apabila membiarkan hal itu terjadi terus-menerus. Dengan tindakan yang demikian bukan mustahil jemaat mendatang murka Allah terhadap mereka sendiri, karena Allah murka bila digerakkan oleh dosa yang manusia lakukan. Penulis bisa menilai demikian mengacu pada Alkitab yang mengatakan “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir, dari tempat perbudakan. Jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada perintah-perintah-Ku”.
Tuhan melarang untuk menyembah apapun selain Dia. Setiap yang disembah selain Dia adalah berhala (allah lain) yang pastinya akan membuat Tuhan menjadi murka karena itu tindakan dosa. Nast yang penulis kutip diatas merupakan merupakan bagian dari kewajiban pokok manusia sebagai umat Allah yang apabila salah satu diantaranya dilanggar berarti sudah menentang Allah. Dengan mengacu kepada hal itu tentunya jemaat harus melakukan intropeksi diri terhadap tindankannya, harus belajar bagaimana keinginan Tuhan terhadap umat-Nya. Tuhan tentu menginginkan umat yang berdosa untuk berbalik kepadanya dan taat serta setia. Seperti Tuhan juga telah setia kepada umat-Nya. Tindakan pengandalan diri, mencari atau memohon berkat dari sebuah kehampaan hanya menimbulkan murka Allah yang tidak mau umat-Nya condong hatinya kepada para berhala. Allah yang setia menginginkan dan menghendaki agar umat-Nyapun setia.
      Dalam hal ini kita akan  melihat bagaimana suara atau pemberitaan serta nubuat tentang hal tersebut untuk menyadarkan jemaat tentang apa yang mesti dilakukan untuk memenuhi keinginan Allah terhadap umat-Nya yang akan penulis paparkan melalui pembahasan berikut.

B.     Jemaat Harus Bertobat Dan Berbalik Kepada Allah !
Gambaran dosa yang jemaat lakukan diatas hampir sama dengan apa yang dilakukan oleh bangsa Israel pada masa pemerintahan Yerobeam II di Israel utara ( Samaria ) dan Uzia raja di Yehuda. [5] Saat itu kedua kerajaan memiliki krisis dalam bidang kerohanian atau agama. Bangsa Israel yang sejatinya adalah pilihan sebagai umat Allah tidak lagi menjadikan diri mereka sebagai bangsa yang monoteis sesuai perjanjian. Tetapi malah mereka menjadikan Yahwe atau Allah tidak lagi sebagai Allah yang satu-satunya mereka sembah. Tidak ada cinta kasih mereka kepada Allah sebagaimana Allah mencintai mereka. Mereka mendirikan pusat-pusat ibadah di banyak tempat seperti di Dan, Gilgal dan Betel tetapi bukan untuk menyembah dan menghormati Allah semata, melainkan ditempat-tempat itu pula mereka menyembah dan menghormati para Baal dan Asyera. Pada masa itu muncullah dua orang nabi yakni Amos dan juga Hosea sebagai utusan Allah untuk mengingatkan raja-raja itu agar berbalik kepada Allah dengan pokok pemberitaan yang hamper sama yakni selain mengkritik masalah keadilan sosial umat tetapi juga mengkritik pola ibadah ibadah Israel yang menyembah banyak allah lain. Berikut adalah gambaran pemberitaan kedua nabi tersebut :

v  Nabi Hosea
Nabi ini menafsirkan  peristiwa-peristiwa pada masa hidupnya sebagai permulaan dari kesudahan. Dengan menunjukkan kehidupan Gomer, perempuan sundal yang dia nikahi, ia menggambarkan Israel sebagai istri yang kurang setia, yang tidak tahu berterimakasih terhadap anugerah-anugerah Allahnya. Hosea melihat kesalahan Israel dalam bidang agama. Selama ratusan tahun penduduk Kanaan, terutama yang hidup di kota-kota, hidup berdampingan dengan umat Israel dan akhirnya berasimilasi menjadi satu. Asimilasi ini membawa juga asimilasi agama yang akan berakibat buruk bagi Israel. Yang paling menarik perhatian masyarakat Israel adalah ritus-ritus kesuburan, yang merayakan kematian dan kebangkitan dewa baal sesuai pergantian musim setiap tahun, dan pernikahannya kembali dengan dewi Asyera setiap awal musim tanam[6].
Dalam pewartaannya, Hosea menegaskan tiga kualitas yang harus dipedulikan Israel: kasih setia, belarasa, dan pengenalan akan Allah. Realisasi pengenalan akan Allah inilah yang menyebabkan Hosea menyampaikan kecaman keras atas orang Israel yang tidak setia. Ia menyatakan bahwa Yahwe menghukum mereka. Benar, tetapi itu untuk kebaikan Israel. Dan setelah itu  Allah akan mengasihani Israel dan membangunnya seperti sediakala, yang dibutuhkan hanyalah pengenalan akan Allah. Hosea menunjukkan bahwa kejahatan Israel menyakiti hati Yahwe. Ia mau bangsa-Nya sadar, dan kembali mengenal kasih mesra Yahwe. Bukan hura-hura yang diminta Yahwe, melainkan sikap hati yang tercermin dalam ibadat mereka yang benar.  Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk menunda keselamatan kecuali dengan bertobat sejati, kembali kepada Allah[7].
v  Nabi Amos
Pokok pemberitaan Amos “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup; carilah yang baik dan jangan yang jahat, supaya kamu hidup” (Amos 5:6,14). Dasar pewartaan Amos ini nampaknya menekankan wibawa kekuatan moral Yahwe yang merajai seluruh alam semesta. Allah atau Yahwelah yang patut dan pantas dicari. Hanya Dia. karena itu Amos sangat menyerukan ibadah yang murni bagi Israel sebagai upaya penyelamatan dari Allah atas dosa mereka[8]. Jangan lagi menyembah baal atau allah-allah lainnya. Agama atau penyembahan yang mereka ( umat Israel) lakukan di Betel yang hampa tidak diterima oleh Allah. Amos 2 : 4,5 merupakan seruan kepada umat Israel dan bangsa-bangsa lain yang akan dihakimi karena menolak hukum Tuhan, dan menyembah dewa-dewa palsu. Dan dalam  Amos 9 : 1-10 dikatakan bahwa Allah akan mengamati bangsa Israel sebagai suatu bangsa yang berdosa, mereka akan dihancurkan dan rakyatnya akan dibunuh dengan pedang.[9]  Kendatipun demikian kesalahan Israel dan nubuat penghukuman atas Israel, tetapi Allah akan tetap memulihkan keadaan Israel. Dalam Fasal 9:11-15 hal itupun ditegaskan oleh Amos. Bahwa Allah akan mendirikan kembali”Pondok Daud” yang telah roboh itu pada saatnya.
C.    Aktualisasi
Kedua tokoh Alkitab diatas membawa pemberitaan yang hamper sama. Mereka menolak dan menentang sinkretisme peribadahan Israel. Pemberitaan nabi Amos dan  Hosea tentang peribadahan Israel tersebut adalah tindakan untuk mengingatkan umat supaya tidak ada lagi penyembahan berhala dan umat harus tidak lagi “ berselingkuh” atau “ bersundal” terhadap ilah-ilah atau berhala-berhala dalam bentuk apapun.  Tindakan jemaat yang ada di Tumbang Apat, yang bertindak dengan sesuka hatinya memberikan sesajen kepada roh penunggu pohon-pohon atau dewa-dewa termasuk dalam katregori perselingkuhan ataupun persundalan jemaat terhadap Allah. Mereka meninggalkan Tuhan untuk berselingkuh dan bersundal dengan kepercayaan-kepercayaan lain yang ada disekitar mereka. Mereka yang adalah orang Kristen sejatinya harus mengandalkan Tuhan dalam keadaan apapun. Tetapi dalam hal ini jemaat telah meninggalkan Dia walaupun jemaat mengatakan “saya Kristen”. Tetapi tindannya tidak mencerminkan bagaimana seharusnya hidup sebagai orang Kristen yang mengandalkan Allah, bukan diri sendiri atau pengandalan terhadap ilah lain. Seruan nabi Amos maupun Hosea hendaknya menjadi perhatian bagi jemaat untuk mngerti apa yang Allah mau dan kehendaki.
Seruan dari kedua nabi ini pula mengingatkan jemaat setempat bahwa bagaimana Allah akan bertindak jika dosa jemaat dibiarkan terus-menerus dan tidak segera dihentikan. Allah menghendaki agar jemaat setia kepada-Nya. Peristiwa dimasa lalu yakni peristiwa penyimpangan ibadah Israel yang dikecam Allah melalui nabinya, sekarang terjadi di jemaat ini. Tentu seruan nabi-nabi Allah juga mengingatkan jemaat agar berbalik dari semua itu dan mengandalkan Tuhan saja supaya Allah menurunkan berkat dan belas kasihannya terhadap jemaat. Hendak jemaat mau setia kepada Allah karena Dia sendiri telah setia kepada jemaat. Jangan lagi ada jemaat Tuhan yang berselingkuh dan bersundal dengan roh-roh di pohon-pohon, di air, di bumi maupun dengan binatang-binatang yang sering dianggap suci. Semua itu adalah ciptaan Allah. Penciptanyalah yang mesti jemaat sembah dan adalkan. Bukan apapun yang bisa membuat Allah cemburu. Jemaat Tuhan, mari berbaliklah kepada Allah yang Esa.
Penutup
            Jemaat sering tidak sadar bahwa tindakan yang jemaat anggap sah-sah saja itu bisa melukai hati Tuhan. Gambaran tentang umat Israel dimasa lampau adalah contohnya sehingga nabi-nabi diutus kepada mereka untuk memperbaiki hal itu. Sekarang kehidupan jemaat masih ada yang menggambarkan peristiwa itu juga, tetapi jemaat anggap sah-sah saja. Sadar atau tidak tindakan yang dilakukan juga melukai hati Tuhan. Seruan nabi-nabi yang memperingatkan umat dimasa lampau boleh menjadi cerminan bagi jemaat untuk hidup dimasa kini. Jangan melakukan tindakan yang Allah tidak suka. Peristiwa yang penulis paparkan dalam tulisan ini adalah tindakan umumnya yang ada pada jemaat pedalaman. Tetapi harapan penulis agar jemaat mau berbalik dan sadar tentang apa yang harus dilakukan dalam bertindak sebagai umat Allah. Tindakan seharusnya yang dimilki sebagai seorang Kristen. Hanya Yesus sumber kasih karunia dan berkat. Hanya Yesus satu-satu tempat bagi manusia untuk diandalakan. Hanya dalam Nama Yesuslah manusia berdoa. Dan pasti Allah akan menjawab itu semua lewat peristiwa yang tak difikirkan oleh manusia, karena Allah-lah yang berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini.



Sumber Referensi : [1]
Walvoord, F. John, 1999.  Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab. Bandung : Yayasan Kalam Hidup
Snoek, I. 2004. Sejarah Suci. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Croatto, J.S. 1975. Sejarah Penyelamatan. Flores: Nusa Indah
Koch, Klaus. 1989. Kitab Yang Agung. Jakarta: BPK Gunung Mulia
Pr, Darmawijaya. 1990. Warta Nabi Abad VIII. Jogjakarta: Kanisius
Tweeter., 2011., Cerita Rakyat Pulau Dewata.


[1] Data Laporan Pertanggung Jawaban Ketua Jemaat Tumbang Apat ( Surinadi S. Sos )
[2] Informasi via sms dari Bpk. Ukong ( Tokoh Masyarakat Desa Tumbang Apat )
[3] Materi Kuliah Teologi PL, oleh Pdt. Bimbung Kalvari M.Th
[4] Materi Kuliah Soteriologi Oleh Pdt. DR. Keloso S. Ugak, tanggal
[5] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372
[6] Klaus Koch, Kitab yang Agung (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm.41
[7] Op.cit, hlm. 71-72
[8] St. Darmawijaya Pr, Warta Nabi Abad VIII (Yogyakarta: Kanisius, 1990), hlm. 38
[9] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372

Tidak ada komentar:

Posting Komentar