Bersoteriologi Dijemaat
Pendahuluan
Dalam tulisan ini penulis akan
menguraikan gambaran dosa dan wujud dosa yang secara umum terjadi di dalam jemaat
di Kalimantan. Secara sfesifik dalam tulisan ini penulis akan menguraikan
tentang gambaran dosa yang terjadi pada salah satu jemaat dikampung penulis
sendiri, yakni jemaat di Desa Tumbang Apat. Jemaat Tumbang Apat teridiri dari ± 115 anggota jemaat dengan jumlah kepala
keluarga sebanyak 36 kepala keluarga. Jumlah tersebut didata per Juni 2012.[1]
Jemaat tersebut merupakan bagian dari masyarakat Tumbang Apat yang secara
keseluruhan berjumlah ± 432 Jiwa atau ± 141
KK yang merupakan mayoritas masih beragama Kaharingan.
A.
Gambaran
dan Wujud Dosa Jemaat
Jemaat
Tumbang Apat kesehariannya sama juga halnya dalam penduduk lainnya. Mereka
berdampingan hidup satu sama lain. Baik
dari segi pemenuhan kebutuhannya, pekerjaan sehari-hari, termasuk juga
kegiatan kerohanian atau ritual agama. Hal ini dilatar belakangi pula bahwa
jemaat setempat rata-rata adalah mantan pemeluk kepercayaan asli ditempat itu,
yakni Kaharingan. Dalam hidup yang berdampingan tersebut ada banyak hal yang
tampaknya kurang diperhatikan oleh jemaat. Diantaranya ialah jemaat Tumbang
Apat sulit membedakan antara ritual adat atau budaya dengan upacara agama. Yang
penulis maksudkan dalam kesulitan membedakan ritual agama atau budaya adalah
cara pandang mereka terhadap sebuah ritul. Contohnya ketika hendak berladang,
membangun rumah, dan berbagai kegiatan yang lain, Jemaat Kristen tetap
melakukan hal-hal yang selalu dilakukan oleh penganut kepercayaan Kaharingan di
tempat itu. Misalnya menabur beras kepada Dilang Songumang (dewa
yang memegang kekuasaan terhadap tanah air menurut Dayak Siang )[2].
Demikian pula ketika berladang, mereka mesti memberikan sesajen kepada
pohon-pohon tertentu, misalnya Lunuk (
pohon beringin ) yang dianggap memiliki penunggu berupah roh yang bisa marah
bila diganggu. Ketika membangun rumah, mereka juga mesti memanggil
Antang/Burung Elang supaya dimana tepatnya burung itu berada dan menari-nari
diudara dibawahnya itulah rumah itu mesti dibangun. Dan jemaat Kristen setempat
sampai saat ini tetap melakukan hal yang demikian dengan alasan tradisi atau
adat leluhur. Sulitnya jemaat untuk melepaskan diri dari belenggu mitos-mitos
tentang adanya roh-roh yang mesti disembah serta selalu meminta petunjuk yang
bukan kepada Tuhan merupakan sebuah masalah yang penulis gambarkan sebagai
sebuah tindakan dosa jemaat setempat.
Dalam hal ini wujud dosa jemaat adalah dalam hal
menyekutukan Allah atau melakukan sinkretisme kepercayaan yang bisa
dikadakatakan sebagai pengandalan terhadap dirinya sendiri, jemaat berusaha
untuk mendapat berkat dengan member sesajen kepada roh-roh yang diam di
pohon-pohon dan sebagainya. Jika kembali kepada asal mula dosa, kita akan
melihat bahwa dosa itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang langsung terjadi atau
langsung disadari oleh manusia ( Kejadian 3) manusia melanggar ketetapan Allah
yang berarti gagal dalam menjalankan perintah-Nya. Dosa itu tumbuh dan kemudian
menjelma dalam bentuk tindakan yang sepertinya tidak disengaja. Dosa dalam
Perjanjian Lama dari segi etimologisnya berasal dari kata hattath, yang berarti kehilangan tanda sasaran.[3]
Diartikan bahwa dosa itu disamakan sebagai seorang yang gagal dalam pelaksanaan
terhadap kehendak Allah, itulah dosa yang berarti kegagalan manusia untuk taat
pada perintah dan ketetapan Allah. Akibat dari dosa itu sendiri akan terjadi
pada manusia dalam bentuk :
Ø Terputusnya Hubungan Antara Allah
Dengan Manusia.
Kejadian
3 : 10 dan Kejadian 3 : 23 menceritakan bagaimana manusia menyembunyikan
dirinya dari hadapan Allah dan juga pengusiran manusia oleh Allah sebagai suatu
wujud hukuman atas tindakan manusia yang berdosa itu. Manusia tidak bisa lagi
diam didekat Allah dengan keadaannya yang gagal atau berdosa.
Ø Terputusnya Hubungan Antara Manusia
Dengan Sesamanya.
Manusia
sering melemparkan kesalahan antara satu dengan yang lain. Kejadian 3 : 12
menceritakan bagaimana Adam membela diri dan menganggap itu adalah kesalahan
perempuan ( Hawa ) yang telah Tuhan tempatkan diissinya. Manusia cenderung
menyalahkan orang lain sehingga akhirnya bisa menimbulkan konflik dan
ketegangan antar manusia yang berarti terputusnya hubungan antara manusia
dengan sesamanya.
Ø Terputusnya Hubungan Antara Manusia
Dengan Lingkungan Sekitarnya
Bentuk
lain sebagai akibat dosa adalah keterputusan hubungan antara manusia dengan
lingkungannya maupun alam sekitar. Kejadian 3 : 18-19 mengungkapkan hal itu
bahwa alam tidak lagi menyediakan kebutuhan manusia. Tetapi manusia harus
berjerih lelah untuk mendapatkan hasil yang diinginkan dari alam.
Ø Terputusnya Manusia Dari Sorga
Manusia
menjadi putus hubungan dengan sorga. Manusia di usir dari Taman Eden yang
merupakan symbol sorga. Sorga Allah dibentengi dengan pengawal surgawi agar
manusia tidak bisa masuk kedalamnya dengan keadaan berdosa ( Kejadian 3 : 23-24).
Ø Manusia Pasti Mengalami Maut
Tindakan
manusia yang gagal melakukan ketetapan Allah yang selanjutnya disebut dosa
membuat manusia harus mengalami peristiwa yang sangat tidak diinginkan tetapi
tidak bisa dihindarkan dari manusia, yaitu maut atau kematian.
sebab
pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati” (Kej. 2:17). Kematian di
sini adalah yang dimaksud adalah MAUT – NERAKA – KEMATIAN KEKAL.[4]
Dialami melalui kematian fisik dan selanjutnya nasib yang mati itu akan
ditentukan melalui hasil penghakiman Allah kemudian hari.
Dalam kasus jemaat Tumbang Apat ini tampak tindakan
yang mereka lakukan adalah tindakan yang sah-sah saja. Mereka menganggap itu
adalah sikap yang tidak mengandung unsur dosa. Tetapi menurut penulis jemaat
telah melakukan sebuah tindakan menduakan Allah yang berarti kegagalan jemaat
untuk taat kepada Allah yang berarti itu adalah dosa dan aka nada akibat-akibat
yang dialami akibat keberdosaan itu. Jemaat tidak sadar bahwa ketika mereka sudah
Kristen seharusnya segala sesuatunya mengandalkan Allah dan hanya memohon
kepada-Nya untuk segala berkat maupun keinginan jemaat. Bukan kepada
pohon-pohon yang didalamnya dikatakan ada roh-roh, bukan kepada burung-burung
diudara yang semuanya itu adalah ciptaan Allah. Jadi jemaat melakukan tindakan
dosa apabila membiarkan hal itu terjadi terus-menerus. Dengan tindakan yang
demikian bukan mustahil jemaat mendatang murka Allah terhadap mereka sendiri,
karena Allah murka bila digerakkan oleh dosa yang manusia lakukan. Penulis bisa
menilai demikian mengacu pada Alkitab yang mengatakan “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa engkau keluar dari tanah Mesir,
dari tempat perbudakan. Jangan ada
padamu allah lain di hadapan-Ku. Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai
apa pun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi di bawah, atau yang
ada di dalam air di bawah bumi. Jangan sujud menyembah kepadanya atau beribadah
kepadanya, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, adalah Allah yang cemburu, yang membalaskan
kesalahan bapa kepada anak-anaknya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat
dari orang-orang yang membenci Aku. Tetapi Aku menunjukkan kasih setia kepada
beribu-ribu orang, yaitu mereka yang mengasihi Aku dan yang berpegang pada
perintah-perintah-Ku”.
Tuhan melarang untuk menyembah apapun selain Dia.
Setiap yang disembah selain Dia adalah berhala (allah lain) yang pastinya akan
membuat Tuhan menjadi murka karena itu tindakan dosa. Nast yang penulis kutip
diatas merupakan merupakan bagian dari kewajiban pokok manusia sebagai umat
Allah yang apabila salah satu diantaranya dilanggar berarti sudah menentang
Allah. Dengan mengacu kepada hal itu tentunya jemaat harus melakukan intropeksi
diri terhadap tindankannya, harus belajar bagaimana keinginan Tuhan terhadap
umat-Nya. Tuhan tentu menginginkan umat yang berdosa untuk berbalik kepadanya
dan taat serta setia. Seperti Tuhan juga telah setia kepada umat-Nya. Tindakan
pengandalan diri, mencari atau memohon berkat dari sebuah kehampaan hanya
menimbulkan murka Allah yang tidak mau umat-Nya condong hatinya kepada para
berhala. Allah yang setia menginginkan dan menghendaki agar umat-Nyapun setia.
Dalam hal ini kita akan melihat bagaimana suara atau pemberitaan serta
nubuat tentang hal tersebut untuk menyadarkan jemaat tentang apa yang mesti
dilakukan untuk memenuhi keinginan Allah terhadap umat-Nya yang akan penulis
paparkan melalui pembahasan berikut.
B.
Jemaat
Harus Bertobat Dan Berbalik Kepada Allah !
Gambaran dosa yang jemaat lakukan diatas hampir sama
dengan apa yang dilakukan oleh bangsa Israel pada masa pemerintahan Yerobeam II
di Israel utara ( Samaria ) dan Uzia raja di Yehuda. [5]
Saat itu kedua kerajaan memiliki krisis dalam bidang kerohanian atau agama.
Bangsa Israel yang sejatinya adalah pilihan sebagai umat Allah tidak lagi
menjadikan diri mereka sebagai bangsa yang monoteis sesuai perjanjian. Tetapi
malah mereka menjadikan Yahwe atau Allah tidak lagi sebagai Allah yang
satu-satunya mereka sembah. Tidak ada cinta kasih mereka kepada Allah
sebagaimana Allah mencintai mereka. Mereka mendirikan pusat-pusat ibadah di
banyak tempat seperti di Dan, Gilgal dan Betel tetapi bukan untuk menyembah dan
menghormati Allah semata, melainkan ditempat-tempat itu pula mereka menyembah
dan menghormati para Baal dan Asyera. Pada masa itu muncullah dua orang nabi
yakni Amos dan juga Hosea sebagai utusan Allah untuk mengingatkan raja-raja itu
agar berbalik kepada Allah dengan pokok pemberitaan yang hamper sama yakni
selain mengkritik masalah keadilan sosial umat tetapi juga mengkritik pola
ibadah ibadah Israel yang menyembah banyak allah lain. Berikut adalah gambaran
pemberitaan kedua nabi tersebut :
v Nabi Hosea
Nabi
ini menafsirkan peristiwa-peristiwa pada
masa hidupnya sebagai permulaan dari kesudahan. Dengan menunjukkan kehidupan
Gomer, perempuan sundal yang dia nikahi, ia menggambarkan Israel sebagai istri
yang kurang setia, yang tidak tahu berterimakasih terhadap anugerah-anugerah
Allahnya. Hosea melihat kesalahan Israel dalam bidang agama. Selama ratusan
tahun penduduk Kanaan, terutama yang hidup di kota-kota, hidup berdampingan
dengan umat Israel dan akhirnya berasimilasi menjadi satu. Asimilasi ini
membawa juga asimilasi agama yang akan berakibat buruk bagi Israel. Yang paling
menarik perhatian masyarakat Israel adalah ritus-ritus kesuburan, yang
merayakan kematian dan kebangkitan dewa baal sesuai pergantian musim setiap
tahun, dan pernikahannya kembali dengan dewi Asyera setiap awal musim tanam[6].
Dalam
pewartaannya, Hosea menegaskan tiga kualitas yang harus dipedulikan Israel:
kasih setia, belarasa, dan pengenalan akan Allah. Realisasi pengenalan akan
Allah inilah yang menyebabkan Hosea menyampaikan kecaman keras atas orang
Israel yang tidak setia. Ia menyatakan bahwa Yahwe menghukum mereka. Benar,
tetapi itu untuk kebaikan Israel. Dan setelah itu Allah akan mengasihani Israel dan
membangunnya seperti sediakala, yang dibutuhkan hanyalah pengenalan akan Allah.
Hosea menunjukkan bahwa kejahatan Israel menyakiti hati Yahwe. Ia mau bangsa-Nya
sadar, dan kembali mengenal kasih mesra Yahwe. Bukan hura-hura yang diminta
Yahwe, melainkan sikap hati yang tercermin dalam ibadat mereka yang benar. Dengan kata lain, tidak ada alasan untuk
menunda keselamatan kecuali dengan bertobat sejati, kembali kepada Allah[7].
v Nabi Amos
Pokok
pemberitaan Amos “Carilah Tuhan, maka kamu akan hidup; carilah yang baik dan
jangan yang jahat, supaya kamu hidup” (Amos 5:6,14). Dasar pewartaan Amos ini
nampaknya menekankan wibawa kekuatan moral Yahwe yang merajai seluruh alam
semesta. Allah atau Yahwelah yang patut dan pantas dicari. Hanya Dia. karena
itu Amos sangat menyerukan ibadah yang murni bagi Israel sebagai upaya
penyelamatan dari Allah atas dosa mereka[8].
Jangan lagi menyembah baal atau allah-allah lainnya. Agama atau penyembahan
yang mereka ( umat Israel) lakukan di Betel yang hampa tidak diterima oleh
Allah. Amos 2 : 4,5 merupakan seruan kepada umat Israel dan bangsa-bangsa lain
yang akan dihakimi karena menolak hukum Tuhan, dan menyembah dewa-dewa palsu.
Dan dalam Amos 9 : 1-10 dikatakan bahwa
Allah akan mengamati bangsa Israel sebagai suatu bangsa yang berdosa, mereka
akan dihancurkan dan rakyatnya akan dibunuh dengan pedang.[9] Kendatipun demikian kesalahan Israel dan
nubuat penghukuman atas Israel, tetapi Allah akan tetap memulihkan keadaan
Israel. Dalam Fasal 9:11-15 hal itupun ditegaskan oleh Amos. Bahwa Allah akan
mendirikan kembali”Pondok Daud” yang telah roboh itu pada saatnya.
C.
Aktualisasi
Kedua
tokoh Alkitab diatas membawa pemberitaan yang hamper sama. Mereka menolak dan
menentang sinkretisme peribadahan Israel. Pemberitaan nabi Amos dan Hosea tentang peribadahan Israel tersebut
adalah tindakan untuk mengingatkan umat supaya tidak ada lagi penyembahan
berhala dan umat harus tidak lagi “
berselingkuh” atau “ bersundal” terhadap
ilah-ilah atau berhala-berhala dalam bentuk apapun. Tindakan jemaat yang ada di Tumbang Apat, yang
bertindak dengan sesuka hatinya memberikan sesajen kepada roh penunggu
pohon-pohon atau dewa-dewa termasuk dalam katregori perselingkuhan ataupun
persundalan jemaat terhadap Allah. Mereka meninggalkan Tuhan untuk berselingkuh
dan bersundal dengan kepercayaan-kepercayaan lain yang ada disekitar mereka.
Mereka yang adalah orang Kristen sejatinya harus mengandalkan Tuhan dalam
keadaan apapun. Tetapi dalam hal ini jemaat telah meninggalkan Dia walaupun
jemaat mengatakan “saya Kristen”. Tetapi tindannya tidak mencerminkan bagaimana
seharusnya hidup sebagai orang Kristen yang mengandalkan Allah, bukan diri
sendiri atau pengandalan terhadap ilah lain. Seruan nabi Amos maupun Hosea
hendaknya menjadi perhatian bagi jemaat untuk mngerti apa yang Allah mau dan
kehendaki.
Seruan
dari kedua nabi ini pula mengingatkan jemaat setempat bahwa bagaimana Allah
akan bertindak jika dosa jemaat dibiarkan terus-menerus dan tidak segera
dihentikan. Allah menghendaki agar jemaat setia kepada-Nya. Peristiwa dimasa
lalu yakni peristiwa penyimpangan ibadah Israel yang dikecam Allah melalui
nabinya, sekarang terjadi di jemaat ini. Tentu seruan nabi-nabi Allah juga
mengingatkan jemaat agar berbalik dari semua itu dan mengandalkan Tuhan saja
supaya Allah menurunkan berkat dan belas kasihannya terhadap jemaat. Hendak
jemaat mau setia kepada Allah karena Dia sendiri telah setia kepada jemaat.
Jangan lagi ada jemaat Tuhan yang berselingkuh dan bersundal dengan roh-roh di
pohon-pohon, di air, di bumi maupun dengan binatang-binatang yang sering dianggap
suci. Semua itu adalah ciptaan Allah. Penciptanyalah yang mesti jemaat sembah
dan adalkan. Bukan apapun yang bisa membuat Allah cemburu. Jemaat Tuhan, mari
berbaliklah kepada Allah yang Esa.
Penutup
Jemaat sering tidak sadar bahwa
tindakan yang jemaat anggap sah-sah saja itu bisa melukai hati Tuhan. Gambaran
tentang umat Israel dimasa lampau adalah contohnya sehingga nabi-nabi diutus
kepada mereka untuk memperbaiki hal itu. Sekarang kehidupan jemaat masih ada
yang menggambarkan peristiwa itu juga, tetapi jemaat anggap sah-sah saja. Sadar
atau tidak tindakan yang dilakukan juga melukai hati Tuhan. Seruan nabi-nabi
yang memperingatkan umat dimasa lampau boleh menjadi cerminan bagi jemaat untuk
hidup dimasa kini. Jangan melakukan tindakan yang Allah tidak suka. Peristiwa
yang penulis paparkan dalam tulisan ini adalah tindakan umumnya yang ada pada
jemaat pedalaman. Tetapi harapan penulis agar jemaat mau berbalik dan sadar
tentang apa yang harus dilakukan dalam bertindak sebagai umat Allah. Tindakan
seharusnya yang dimilki sebagai seorang Kristen. Hanya Yesus sumber kasih
karunia dan berkat. Hanya Yesus satu-satu tempat bagi manusia untuk diandalakan.
Hanya dalam Nama Yesuslah manusia berdoa. Dan pasti Allah akan menjawab itu
semua lewat peristiwa yang tak difikirkan oleh manusia, karena Allah-lah yang
berkuasa atas segala sesuatu di bumi ini.
Sumber Referensi : [1]
Walvoord, F. John, 1999. Pedoman
Lengkap Nubuat Alkitab. Bandung : Yayasan Kalam Hidup
Snoek, I. 2004. Sejarah Suci. Jakarta:
BPK Gunung Mulia
Croatto, J.S. 1975. Sejarah
Penyelamatan. Flores: Nusa Indah
Koch, Klaus. 1989. Kitab Yang Agung. Jakarta:
BPK Gunung Mulia
Pr, Darmawijaya. 1990. Warta Nabi
Abad VIII. Jogjakarta: Kanisius
Tweeter., 2011., Cerita Rakyat Pulau Dewata.
[1] Data Laporan Pertanggung Jawaban
Ketua Jemaat Tumbang Apat ( Surinadi S. Sos )
[2] Informasi via sms dari Bpk.
Ukong ( Tokoh Masyarakat Desa Tumbang Apat )
[3] Materi Kuliah Teologi PL, oleh
Pdt. Bimbung Kalvari M.Th
[4] Materi Kuliah Soteriologi Oleh
Pdt. DR. Keloso S. Ugak, tanggal
[5] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372
[6] Klaus Koch, Kitab yang Agung (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1989), hlm.41
[7] Op.cit, hlm. 71-72
[8] St. Darmawijaya Pr, Warta Nabi Abad VIII (Yogyakarta:
Kanisius, 1990), hlm. 38
[9] John F. Walvoord, Pedoman Lengkap Nubuat Alkitab, hal 372
Tidak ada komentar:
Posting Komentar